Usia nyatanya tidak membatasi para atlet di daftar ini untuk mengukir prestasi. Bahkan melalui prestasi tersebut, deretan atlet esports termuda ini meraup keuntungan yang jumlahnya fantastis. Tentunya ini menjadi pencapaian tersendiri yang membanggakan mereka.
Meski usianya masih sangat muda, bahkan ada yang masih pelajar, kemampuan bertanding mereka sudah selevel dengan para atlet esports kelas atas. Ini berkat dari latihan yang rutin serta pengalaman mengikuti puluhan turnamen.
Penasaran siapa saja atlet esports yang ada di daftar ini? Adakah pemain yang berasal dari Indonesia? Temukan jawabannya di artikel berikut ini!
Daftar Atlet Esports Termuda di Dunia
Bahkan total keuntungan yang didapatkan para atlet esports sudah mengalahi kebanyakan karier yang dijalani orang dewasa. Ini sekaligus membuat para atlet muda tersebut sebagai atlet yang terkaya. Berikut nama-namanya:
1. Anathan “Ana” Pham
Laki-laki yang berasal dari Australia ini telah bergabung ke dalam tim OG Esports sejak usianya baru 16 tahun. Ia lebih dikenal dengan nama panggilan “Ana” atau Anathan Pham untuk nama lengkapnya.
Atlet yang usianya masih muda saat itu berhasil memberikan penampilan yang seru dan tidak diragukan lagi dalam pertandingan esports. Ia pernah memenangkan kompetisi The International pada tahun 2018 dan 2019.
Melalui kompetisi tersebut, Pham berhasil membawa pulang keuntungan hingga 6 juta dollar atau sekitar Rp81 miliar.
2. Kyle “Bugha” Giersdorf
Bugha hanya berbeda satu tahun dengan atlet esports termuda sebelumnya. Atlet yang saat itu berusia 17 tahun pernah dicap sebagai atlet esports dengan penghasilan tinggi. Giersdorf sendiri merupakan atlet berkebangsaan Amerika yang sering mengikuti turnamen besar.
Salah satu turnamen terbarunya yaitu Fornite World Cup 2019 mode Solo. Memenangkan pertandingan tersebut membuatnya memeroleh penghasilan $3,062,966.67 atau Rp41 miliar.
Belum lagi akumulasi keuntungan dari kemenangan pertandingan lainnya, tak heran kalau Giersdorf disebut mendapatkan gelar salah satu atlet terkaya.
3. Shane “EpikWhale” Cotton
Shane Cotton juga merupakan atlet eSports yang namanya sudah dikenal luas oleh penggemar esports. Ia memiliki julukan yang unik yaitu “EpikWhale” saat bermain. Atlet yang lahir dan tumbuh besar di Amerika Serikat ini masih berusia 17 tahun.
Ia juga pernah mengikuti turnamen Fornite World Cup 2019 kategori solo, dan berakhir sebagai juara tiga. Meski bukan juara satu, namun keuntungan yang didapatkan dari kemenangan tersebut sangat besar.
Total ada 16 turnamen yang pernah diikuti Cotton. Apabila diakumulasikan, keuntungannya sudah mencapai $1 juta dollar atau sekitar Rp17,7 miliar.
4. Ludwig “Zai” Wåhlberg
Swedia juga mempunyai pemain kuncinya tersendiri yang bernama Ludwig Wåhlberg. Atlet yang lahir pada tahun 1997 ini akrab dipanggil dengan nama kecil “Zai”. Ia lebih berfokus pada game laga seperti CS:GO.
Sudah bertahun-tahun lamanya ia menekuni permainan ini sampai disebut sebagai salah satu atlet profesional. Selama masa kariernya di dunia esports, ia tercatat mengikuti lebih dari 80 turnamen. Ia disebut memiliki penghasilan yang kurang lebih sebesar $2 juta dollar atau Rp32 miliar.
5. Scott “ScottGandhi” Lussier
Scott Lussier adalah mantan atlet esports yang sekarang menjadi komentator turnamen. Ia lebih dikenal sebagai pemain Halo dan Smite yang sangat apik. Masa kejayaannya ada pada tahun 2002, yaitu ketika usianya masih 13 tahun.
Ia bergabung dengan tim Carbon dari 2006-2008. Kesempatan bergabung ke dalam tim ini membuatnya semakin kompetitif dalam bermain. Bahkan ia disukai para penggemar karena omongannya yang berlebihan selama pertandingan.
Sayangnya ia pensiun di tahun 2009 dan banting stir menjadi komentator esports. Tidak hanya itu, ia sekarang juga semakin berkembang setelah berkarier sebagai desainer game di Hi-Rez Studio.
6. Sumail “SumaiL” Hassan
Atlet esports termuda ini masih setengah baya. Usianya baru 15 tahun, namun bisa memperoleh keuntungan sebanyak $3 juta dollar atau setara dengan Rp48 miliar. Sumail Hassan pernah berada pada peringkat kedua sebagai atlet eSports muda dengan penghasilan tertinggi.
Penghasilan yang fantastis tersebut didapatkannya dari memenangkan sejumlah kejuaraan, salah satunya The International 2015. Sampai saat ini, anggota Ecil Geniuses ini masih terus berkarier dan menghasilkan pendapatan yang menggiurkan.
7. Lee “Faker” Sang Hyeok
Atlet termuda selanjutnya berasal dari Republic of Korea. Pria berusia 23 tahun ini mengikuti seringkali turnamen League of Legends. Atlet dengan nama layar “Faker” ini pernah mengikuti kurang lebih 50 turnamen nasional maupun internasional.
Ia mengisi peringkat sebagai atlet esports muda dengan penghasilan tertinggi di Korea. Dikabarkan ia mempunyai penghasilan hingga Rp1 juta dollar atau Rp17 milliar.
8. Made Bagus “Luxxy” Prabaswara
Untuk atlet esports termuda ini berasal dari tanah air. Banyak yang mengenalnya sebagai Luxxy, yaitu sosok penting dalam kesuksesan Bigetron Esports. Bersama dengan kembarannya, Luxxy membawa BTR RA menuju tangga kesuksesan sejak tahun 2018.
Itu dilakukannya dengan mengikuti turnamen bergengsi. Ia pernah mengikuti 15 turnamen PUBG Mobile yang membuatnya berhasil mengantongi $156 ribu dollar atau setara Rp2 miliar. Angka yang fantastis untuk atlet kelahiran 2003 ini.
Luxxy juga disebut sebagai atlet termuda yang muncul di pertandingan PUBG Mobile. Pendapatannya bertambah Rp1 miliar ketika ia sukses membangun nama untuk BTR RA.
9. Lee “Flash” Young Ho
Flash merupakan nama yang pasti diketahui oleh penggemar Starcraft. Ketika usianya masih 14 tahun, ia mengikuti pertandingan esports televisi pertamanya.
Penampilannya yang luar biasa kala itu membuatnya dikenal sebagai legenda Starcraft. Ia sering menjadi “Bos Terakhir” ketika menjalani turnamen, karena sulit dikalahkan oleh lawan biasa.
Walaupun masih di bawah umur, beberapa atlet esports termuda di atas sudah banyak mencetak prestasi dan memperoleh keuntungan dari turnamen sengit yang dijalaninya. Nyatanya umur bukanlah batasan bagi mereka.