Esports menjadi anak baru di cabang olahraga yang mulai diminati dan digemari masyarakat Indonesia. Tak hanya usia muda, orang dewasa dengan umur yang lebih matang juga asyik tenggelam dunia esports. Namun, ada hal yang harus diketahui dibalik serunya bermain esports.
Layaknya seru bermain game, bermain esports juga menguras pikiran tenaga dan fisik. Tak jarang adrenalin pemain esports meningkat diikuti peningkatan stress yang bisa terjadi pada beberapa pemain. Kurangnya waktu istirahat dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental para pemain esports.
Kelebihan dan Kekurangan Bermain Esports
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan seseorang pasti terdapat kelebihan dan kekurangan, sama halnya dengan bermain esports. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan bermain esports bagi para pemain:
Kelebihan Bermain Esports
Bermain esports diawali dari rasa penasaran kemudian berkembang menjadi keinginan untuk memenangkan game. Berikut adalah kelebihan bermain esports yang akan didapat pemain esports:
- Berpotensi untuk direkrut ke sebuah tim profesional dan mendapat bayaran atau gaji ketika bermain game dan mengikuti turnamen.
- Memiliki chanel YouTube dan kesempatan mendapatkan AdSense dari bermain game esports yang disukai.
- Memiliki kesempatan menjadi Shoutcaster atau komentator dalam sebuah pertandingan Turnamen atau Big Match, Kompetisi Liga Game, Friendly Match dan sebagainya.
- Memiliki kesempatan menjadi Coach di Tim Profesional layaknya Dota2 dll.
- Menjadi Joki Match Making rate (MMR) atau joki Ranked yang akan meningkatkan peringkat hero dalam mobile legends.
- Memiliki sosial media dan mendapatkan penggemar yang mengikuti akun media sosial akan meningkatkan status sosial di kehidupan nyata.
Kekurangan Bermain Esports
Dibalik serunya bermain esports yang menyenangkan namun ada juga kekurangan esports yang perlu diwaspadai, diantaranya adalah:
- Anak usia Sekolah Dasar mulai bermain game tak kenal waktu dan menjadi kecanduan fokus bermain game.
- Meningkatnya penggunaan handphone pada anak usia dini khususnya usia sekolah dasar. Penggunaan handphone dijadikan sebagai sarana bermain game bersama teman-temannya.
- Anak-anak zaman now lebih asyik menaikkan rank atau score game dibandingkan bermain dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
- Asyik bermain game membuat waktu belajar anak usia sekolah menjadi terbengkalai. Pola belajar yang tidak konsisten dan memposisikan game menjadi prioritas aktivitas utama dibandingkan membaca dan belajar.
- Anak lebih memilih waktu luang dan waktu istirahat untuk bermain game.
- Tidak hanya anak usia sekolah, orang dewasa juga mengalami penurunan produktivitas kerja dan kesehatan mental yang cukup serius selain kesehatan fisik.
- Bila tidak mendapat pertolongan dan penanganan segera dikhawatirkan akan timbul keparahan dan perburukan yang tidak diinginkan akibat terlalu lama berada di depan layar dan bermain game.
Kisah dibalik Serunya Bermain Esports
Keseruan bermain esports menyisakan banyak kisah dari pemain profesional esports, hingga tak sedikit dari para pemain professional yang memutuskan untuk pensiun dini karena ingin fokus memperbaiki kesehatan fisik dan mental.
Kisah dibalik keseruan bermain esports dirangkum dalam dua hal yang umum terjadi pada atlet atau pemain profesional esports yaitu mengenai masalah kesehatan fisik dan juga kesehatan mental.
Kesehatan Fisik
Beberapa pemain profesional esports mengeluhkan beberapa aktivitas fisik yang tidak bisa lagi dilakukan layaknya orang normal. Terlalu lama duduk di depan komputer dapat menyebabkan tubuh seorang atlet professional mengalami penurunan fungsi.
Salah satu penyakit fisik yang dikeluhkan adalah Carpal Tunnel Syndrome. Carpal Tunnel Syndrome memiliki gejala mati rasa, nyeri serta rasa kesemutan yang terasa pada tangan. Penyakit ini umum terjadi pada pemain esports dengan rata-rata latihan hingga 10 jam.
Selain Carpal Tunnel Syndrome, penyakit fisik lainnya seperti nyeri leher, nyeri punggung, mata perih akibat terlalu lama menatap layar dan badan pegal-pegal karena berkurangnya aktivitas fisik. Penyakit perut seperti magh akut hingga kronis juga dapat terjadi.
Pada level yang sudah berbahaya dan memerlukan penanganan segera, seorang atlet esports profesional akan memilih untuk pensiun dini dan fokus memulihkan kesehatannya seperti yang terjadi pada pemain asal Tiongkok, Jian Uzi Zihao atau yang lebih dikenal dengan nama Uzi.
Uzi memilih pensiun dini di usianya yang ke 23 tahun. Keputusan besar yang diambil Uzi karena permasalahan obesitas, penyakit diabetes melitus tipe II, serta kakinya yang mulai kaku, tidak bisa digunakan layaknya orang normal saat berjalan.
Selain Uzi ada beberapa atlet profesional lainnya yang juga memilih pensiun dini dan segera mengobati penyakit fisik yang dialaminya.
Kesehatan Mental
Bermain esports selain dapat mempengaruhi kesehatan fisik juga dapat mempengaruhi kesehatan mental bagi para pemainnya. Kesehatan mental muncul sebagai akibat dari terlalu lama berada di depan komputer dan tidak melakukan interaksi sosial.
Berikut kesehatan mental yang dipengaruhi lamanya bermain esports:
1. Emosi Labil
Waktu 24 jam yang banyak dihabiskan berada di depan layar dan berkurangnya waktu istirahat dapat membuat seorang pemain tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik.
Emosi yang tidak mudah terkontrol seperti mudah marah, mudah tersinggung dan permasalahan emosi yang lain, selain itu raut wajah juga tidak memancarkan kebahagiaan, wajah menjadi lebih cepat terlihat lelah dan mudah cemberut.
2. Kesulitan Bersosialisasi
Emosi yang tidak terkontrol, seorang pemain yang hanya fokus di depan layar dapat menjadi seorang yang tertutup atau introvert, tidak lagi mudah berbicara dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang menurun, seorang pemain terlalu asyik berada di dunia esports sehingga tidak memiliki waktu lebih untuk berkumpul dan berbincang dengan teman-temannya.
3. Kecanduan yang Tidak Terkontrol
Berawal dari rasa penasaran hingga ingin memenangkan game bahkan bisa menjadi frustasi atau stres akibat belum bisa menang, dapat membuat seorang pemain bermain esports tanpa waktu yang terkontrol dengan baik.
Waktunya tersita untuk berlatih agar bisa memenangkan game. Dalam hal ini, seorang pemain tidak lagi dapat mengontrol dirinya kapan waktu bermain dan kapan waktu istirahat yang akan berakibat fatal bagi kesehatan fisiknya.
Selain kecanduan, seorang pemain dapat stres dan tegang memikirkan bagaimana caranya untuk dapat menang dan menaklukan game hingga tidak dapat berpikir jernih untuk melakukan aktivitas fisik yang lain.
4. Penurunan Kemampuan Berpikir
Seorang pemain yang telah menggunakan waktunya untuk latihan lebih dari waktu aman bermain esports dapat mengalami penurunan kemampuan berpikir. Otaknya tidak dapat berpikir objektif dan mudah linglung.
Dalam hal ini sudah memasuki level tidak dapat memutuskan dengan baik apa yang harus dilakukannya dan membutuhkan penanganan khusus., karena apabila seseorang tidak bisa mengetahui apa yang harus dilakukannya akan mudah dikontrol orang lain.
Penurunan kemampuan berpikir bukan hanya dari sisi kognitif bahkan untuk kreativitas juga akan mengalami penurunan, hingga seseorang tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Penanganan segera perlu dilakukan agar tidak terjadi hal-hal lain yang tidak diinginkan.
Serunya bermain esports tidak hanya menghasilkan pundi-pundi rupiah dalam jumlah yang fantastis namun ada beberapa permasalahan yang harus siap dihadapi seorang pemain amatir maupun profesional. Mencegah dan mengobati sedini mungkin dapat mencegah perburukan fisik maupun mental.