Esport sebagai olahraga telah diresmikan oleh Lembaga Olahraga Olimpiade Asia (Olympic Council of Asia/OCA) pada 17 April 2017. Cabang olahraga esport ini bahkan dipertandingkan di Asian Games 2018 hingga saat ini.

Perjalanan peresmian esport menjadi olahraga cukup menuai banyak kontroversi. Namun berkat usaha oleh para pecinta esport membuat esport kini semakin dikenal luas oleh dunia.

Pengertian Cabang Olahraga Esport

Pengertian Cabang Olahraga Esport

Sebelum mengetahui lebih dalam mengenai esport, ada baiknya Anda mengetahui definisi dari esport. Esport adalah cabang olahraga digital yang menggunakan game sebagai bidang kompetitif utama.

E-Sport juga dapat diartikan sebagai bidang olahraga yang terorganisir dengan pelatihan khusus seperti halnya atlet profesional dari cabang olahraga sepak bola, bulutangkis, ataupun basket.

Pelatihan tersebut meliputi pelatihan fisik yang harus dimiliki atlet esport dan strategi atau taktik saat bertanding dalam sebuah turnamen. Sistem tersebut membuat esport tidak jauh berbeda dengan olahraga lain. Perbedaannya hanyalah perangkat digital yang dipakai oleh para atlet esport saat laga.

Komjen. Pol. Drs. Bambang Sunarwibowo, S.H., M.Hum selaku Ketua Harian Pengurus Besar Esports mengatakan ada banyak alasan kenapa esport termasuk olahraga. Diantaranya adalah esport menggunakan tenaga manusia berupa kecepatan, ketangkasan, dan strategi seperti pada olahraga umumnya.

Sejarah Esport Dunia

Sejarah Esport Dunia

Esport telah cukup lama berkembang di masyarakat baik di kancah nasional maupun internasional. Tak banyak yang tau bahwa esport telah dipertandingkan sejak tahun 1972. Berikut penjelasannya:

1972

Pertama kali esport berkembang adalah dari sebuah kompetisi game. Uniknya esport ini telah dipertandingkan sejak tahun 1972. Padahal saat itu, komputer masih sangat langka, belum ada internet, dan judul video game saat itu tidak sebanyak sekarang.

Kompetisi game tersebut digelar di Stanford University, Amerika Serikat pada tanggal 19 Oktober 1972. Kompetisi “Galactic Space War Olympics” atau singkatnya “Space War” memiliki finalis para mahasiswa mengawali perkembangan esport sebagai olahraga.

1980

Semenjak Space war, muncul kompetisi game lainnya. Pada tahun 1980, Atari mengadakan kompetisi esport antariksa yang diikuti oleh 10 ribu peserta yang merupakan kompetisi terbesar pada masa itu.

Karena banyaknya peserta dan banyak peminatnya, kompetisi tersebut diberitakan oleh majalah ternama Amerika, “Life and Time”. Hal ini membuat kompetisi game semakin marak dan semakin populer saat itu.

1990

Banyaknya peminat kompetisi game membuat teknologi internet pun semakin berkembang. Kompetisi yang tadinya dilaksanakan secara offline kini mulai berkembang menjadi kompetisi game online.

Organisasi-organisasi game pun turut bermunculan. Kompetisi utama di tahun 90-an saat itu adalah Kejuaraan Dunia Nintendo. Kemudian pada tahun 1994 digelar kembali kompetisi game, Nintendo powerFest.

Organisasi yang mulai bermunculan tersebut kemudian mengatur liga e-sports, seperti Liga Profesional Atlet Online, QuakeCon, dan Liga Pemain Profesional.

2000

Pada tahun ini, Korea Selatan merajai dunia esport dengan game Starcraft. Perlombaan esport yang diselenggarakan juga berskala besar.

Tak hanya bermain, ada banyak juga penikmat esport sebagai penonton. Hal ini membuat munculnya layanan media streaming seperti Twitch dan YouTube yang memfasilitasi masyarakat untuk menonton pertandingan esport.

Layanan streaming ini juga dijadikan panduan bagi para gamer untuk meningkatkan skill dan strategi dalam bermain. Banyaknya peminat dan sejumlah fakta yang mengarah kepada esport sebagai olahraga membuat esport berkembang sepesat sekarang.

Sejarah Esport di Indonesia

Sejarah Esport di Indonesia

Indonesia sendiri memiliki sejarah esport yang cukup panjang hingga sampai sekarang. Perjalanan panjang tersebut membuahkan hasil dilihat dari cabang olahraga esport yang berhasil masuk ke dalam Asian Games 2018.

Bahkan saat ini, para atlet esport telah terhimpun dalam IeSPA (Indonesia eSport Association) yang berada di bawah naungan organisasi FORMI ( Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia)

Berikut sejarah perkembangan esport di Indonesia

1999

Kompetisi game online pertama Indonesia digelar pada tahun 1999 dimana saat itu Indonesia masih dalam masa transisi politis. Meski ada banyak penolakan dan keterbatasan dalam kompetisi, para komunitas gamers tidak berhenti berusaha untuk memperkenalkan esport.

Mulai bermunculannya warnet membuat para gamers bisa menggelar kompetisi game meski harus keluar masuk warnet. Para gamers juga membuat komunitas bernama Indonesia Gamers.

2001

Pada tahun 2001 komunitas liga game diresmikan. Saat itu mereka sangat mengandalkan komputer lalu menggunakan Yahoo Messenger dan MiRC sebagai media interaksi.

Namun karena keterbatasan MiRC yang bersifat sementara dan memiliki banyak keterbatasan dalam penyampaian informasi, dibentuklah forum atau website. Website tersebut diberi nama Liga Game.

Game yang dikompetisikan dalam kompetisi yang digelar oleh Liga Game adalah Quake II dan Starcraft.

2002

Komunitas Indonesia Gamers kemudian menjadi sarana masuknya kompetisi game internasional. Hal ini dimulai dari dipilihnya Indo Game menjadi event organizer kejuaraan World Cyber Games WCG tahun 2002.

Komunitas ini juga mengirimkan atlet esport pertama ke luar negeri. Semakin berkembangnya esport dan skala kompetisi yang lebih besar, game online yang dipertandingkan pun semakin banyak.

Pada Piala Dunia di Jepang dan Korea Selatan tahun 2002, beberapa game seperti
FIFA World Cup 2022, Starcraft: Brood War, Age of Empires II, dan Counter-Strike, dipertandingkan.

2003

Puncak perkembangan esport adalah ketika game semacam Ragnarok ramai pada tahun 2003 hingga 2006. Mulai dari saat itu, esport terus berkembang hingga pada April 2018 kejuaraan Indonesia Games Championship remsi digelar.

Kompetisi ini juga mengundang tim-tim mancanegara dan diikuti oleh 9 ribu peserta. Bahkan Indonesia Games Championship ini dihadiri oleh lebih dari 13 ribu pengunjung.

Kontroversi

Kontroversi

Peresmian cabang olahraga esport di Indonesia oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dan KEMENPORA (Kementrian Pemuda dan Olahraga) pada tanggal 25-27 Agustus 2020 menuai banyak kontroversi.

Masyarakat terus memepertanyakan hakikat olahraga dalam esport. Mereka menganggap bahwa bermain game tidak sesuai dikatakan sebagai olahraga. Karena game biasanya dimainkan untuk mengisi waktu luang dan menghibur diri.

Namun para gamer dan organisasi esport terus membantah spekulasi tersebut. Bukan tanpa alasan esport juga menggunakan tenaga manusia sama halnya dengan olahraga lain. Ada kecepatan dan ketangkasan dalam esport.

Para atlet esport juga berlatih untuk terus meningkatkan skill dan strategi dalam bertanding. Tak hanya itu, kualitas fisik juga dibutuhkan dalam esport. Para atlet bahkan dilatih untuk menjaga keadaan tubuh tetap prima.

Banyaknya kesamaan cabang olahraga esport dengan olahraga lain membuat esport ini dapat dikategorikan sebagai olahraga dan tidak terbantahkan lagi.

Namun tetap saja, stigma yang berkembang di masyarakat tentang esport telah bertahan cukup lama. Sehingga sulit untuk mengubah pola pikir tersebut. Meski membutuhkan waktu lama, para atlet dan organisasi esport terus menjelaskan kepada masyarakat secara jelas mengapa esport masuk ke dalam cabang olahraga.

Perjalanan panjang melewati keterbatasan-keterbatasan dan kontroversi yang ada tidak membuat esport kehilangan eksistensi di dunia olahraga. Esport terus berkembang dan semakin populer di tengah masyarakat lewat prestasi dan keuntungan yang didapat oleh atlet esport.