Sebuah kontroversi sering terjadi di sepakbola nasional mulai dari pengaturan skor hingga dualisme kepengurusan PSSI. Kontroversi atau skandal sepakbola Indonesia melibatkan banyak pihak mulai dari wasit, klub, hingga pengurus PSSI sendiri.
Hingga saat ini sudah berbagai skandal terungkap yang melibatkan banyak pihak mulai dari pemain, wasit, hingga penggurus PSSI sendiri. Lalu apa saja skandal yang pernah terjadi di olahraga yang paling banyak penggemarnya ini?
1. Sepakbola Gajah di Piala Tiger 1998
Berbicara tentang Mursyid Effendi, masyarakat sepak bola Indonesia masih mengingat peristiwa gol ke gawang Thailand di Piala Tiger 1998 (sekarang Piala AFF). Bek yang dibesarkan di Persebaya Surabaya dihukum oleh FIFA dan dilarang berpartisipasi seumur hidup mereka di tingkat internasional.
Ia mendapat vonis saat masih berusia 26 tahun. Saat itu penampilannya juga memuncak. Marsid diduga sengaja mencetak gol ke gawang timnas sepakbola Indonesia saat penyisihan grup bersama Thailand.
Saat skor akhir pertandingan menjadi 2-2, Marsid yang berperan sebagai stopper sengaja menendang bola ke gawang sendiri. Indonesia akhirnya kalah dari tim Gajah Putih 2-3. Tujuan Marsid adalah mencetak gol bunuh diri untuk mencegah Indonesia bertemu Vietnam di semifinal Piala Tiger.
Sayangnya, Indonesia kalah 1-2 dari Singapura. Sedangkan, Thailand dihajar 3-0 lawan Vietnam. Timnas Singapura akhirnya menjadi juara di kompetisi tingkat ASEAN itu. Akibat kasus skandal sepakbola Indonesia itu, Marsid dilarang tampil secara internasional seumur hidupdan Indonesia juga didenda oleh FIFA.
Saat itu sebenarnya dia sudah diberi kesempatan untuk mengajukan banding, namun PSSI tidak mengambil tindakan. Untungnya, hukuman itu hanya berlaku secara internasional. Karena itu, Mursyid masih bisa bermain di dalam negeri.
Di Persebaya, Mursyid sukses mempersembahkan gelar juara turnamen kasta terbaik Liga Indonesia musim 1996-1997 dan 2004. Skandal sepakbola gajag itu juga membuat Ketua PSSI saat itu mengundurkan diri.
2. Pengaturan Skor Laga PSS Sleman vs PSIS Semarang 2014
Di pertandingan perempat final Divsi Utama antara PSS Sleman melawan PSIS semarang terlibat pengaturan skor. Pertandingan yang diadakan pada tangga 26 Oktober 2014 di lapangan Akademi Angkatan Udara itu juga dikenal sebagai sepakbola gajah.
Disebut sepakbola gajah karena semua gol yang tercipta adalah gol bunuh diri. Pada pertandingan ini, PSS Sleman mengalahkan PSIS Semarang 3-2. Dalam pertandingan ini, kedua tim sengaja mencetak gol bunuh diri agar kalah dari lawannya.
Baik PSS maupun PSIS sepertinya menghindari juara Grup N agar tidak bertemu runner-up Borneo FC. Borneo FC saat itu dianggap sebagai lawan terberat di semifinal Divisi Utama 2014. Selain itu, Borneo FC juga bermain sebagai tuan rumah.
3. Pengaturan Skor Wasit Indonesia di SEA Games 2015
Seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Nasiruddin ditangkap oleh Biro Investigasi dan Praktik Korupsi (CPIB) Singapura atas dugaan insiden mafia sepak bola di SEA Games 2015. Lalu baagaimana kejadiannya sebelum Nasiruddin ditangkap pihak berwenang Singapuran.
Seperti diketahui, Nasiruddin bekerja sama dengan dua orang lainnya untuk menyuap Orlando Marquez Enriquesmendes, direktur teknik tim sepak bola Timor Leste agar timnya kalah dari Malaysia.
Timor Leste sengaja mengalah ke Malaysia karena Nasiruddin memberikan sekitar Rp 147 juta. Pada Selasa 21 Juli 2015, Nasiruddin divonis 30 bulan penjara. Pada laga SEA Games 2015 yang berlangsung 30 Mei 2015, Timnas Timor Leste U-23 kalah 0-1 dari Malaysia.
Rupanya, ini bukan kali pertama Nasiruddin terlibat skandal sepakbola Indonesia. Ia juga terbukti terlibat dalam pengaturan skor pada SEA Games 1997 di Jakarta. Kasus tersebut juga menyeret nama Ketua Komite Wasit PSSI saat itu, Djafar Umar.
Selain Nasiruddin, ada 10 wasit yang terlibat dalam kasus pengaturan skor SEA Games 1997 . Semua yang terlibat dalam kasus pengaturan skor tahun 1997 dihukum selama 20 hingga 25 tahun larangan aktif aktif di dunia sepakbola.
4. Skandal Sepakbola Indonesia Dualisme Kompetisi
Manajemen PSSI Djohar Arifin telah mengambil langkah berani untuk memperbarui sistem kompetisi Liga Indonesia. Indonesia Premier League (IPL) diperkenalkan sebagai alternatif pengganti dari Liga Super Indonesia (ISL) yang merupakan format dari liga sebelumnya.
Selain pembaruan liga, PSSI yang didukung pengusaha minyak Alifin Panigoro mengubah penyelenggara kompetisi dari PT Liga Indonesia menjadi PT Liga Primer Indonesia Sportindo. Protes muncul dari beberapa klub, tetapi PSSI tetap pada sikap mereka.
Klub yang menjadi anggota PSSI terpecah menjadi dua kompetisi. Namun kebanyakkan memilih bertahan dikompetisi Liga Super Indonesia. Sehingga di beberapa klub muncul juga dualisme kepengurusan dengan terdapat nama klub yang sama bermain di dua kompetisi berbeda.
Klub seperti Persija Jakarta, Arema Indonesia, Persebaya Surabaya, PSMS Medan dan Gresik United telah terpecah menjadi dua versi, ISL dan IPL. Manajemen PSSI juga tidak solid. Banyak anggota komite eksekutif, yang dipimpin oleh La Nyalla Mattalitti, telah mendukung klub ISL.
Mereka bahkan membentuk organisasi tandingan bernama Komisi Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Panitia kemudian mengadakan konvensi sendiri dan membuat kepengurusan PSSI baru versi mereka. Inilah skandal sepakbola Indonesia yang dinilai cukup parah.
Karena itu pada musim 2012, kompetisi liga Indonesia berjalan dua veri ISL dan IPL. Masyarakat cenderung menyukai kompetisi ISL karena dihuni oleh klub-klub top, namun sayangnya keberadaanya tidak diakui oleh AFC dan FIFA.
Pada Maret 2013, kisruh dualisme PSSI diselesaikan melalui forum konferensi luar biasa PSSI di Jakarta. Djohar Arifin dan La Nyalla Mattalitti telah bersatu untuk mendukung kubu ISL.
Setelah kepemimpinan Djohar Arifin selesai , La Nyalla Mattalitti tampil sebagai calon ketua PSSI. Ia juga terpilih sebagai Ketua Umm PSSI pada Konvensi PSSI yang diadakan di Surabaya pada 17 Maret 2015.
Namun, tak lama setelah terpilih, Menpora Imam Nahrawi i menjatuhkan sanksi administratif kepada pimpinan PSSI yang dipimpin La Nyalla. Sehingga terjadi gejolak dalam kepengurusan PSSI dan membuat PSSI tidak berjalan.
Selain Kementerian Pemuda dan Olahraga, status PSSI juga dibekukan oleh FIFA sejak Mei 2015. Otoritas sepak bola tertinggi dunia itu menjatuhkan sanksi kepada PSSI karena campur tangan pemerintah (Kemempora). Ini dianggap salah di FIFA.
Memang skandal atau kontrversi dalam dunia sepakbola sudah lama terjadi dan tidak hanya di sepakbola. Bahkan induk sepakbola dunia FIFA diduga pernah tersandung skandal penyuapan. Tapi berharap kedepannya Skandal sepakbola Indonesia sudah tidak ada.