Turnamen esport adalah salah satu turnamen olahraga yang sering menarik perhatian banyak orang. Mengikuti turnamen merupakan ajang bagi para pemain game untuk menunjukkan kemampuan dan bakat di dunia game.
Seperti olahraga lainnya, terjadinya kecurangan adalah hal yang mungkin untuk terjadi. Kecurangan dalam turnamen permainan video game dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Mulai dari kecurangan kecil hingga kecurangan besar yang mengancam integritas industri esports.
Bentuk Kecurangan Saat Turnamen Esport
Beberapa kecurangan yang bisa saja terjadi ketika turnamen adalah:
- Cheating: Pemain menggunakan perangkat lunak ilegal atau cheat untuk mendapatkan keuntungan.
- Stream sniping: Pemain menonton streaming langsung dari lawan untuk mengungkap strategi dan posisi dalam permainan.
- Smurfing: Pemain profesional yang menggunakan akun pemula atau akun baru untuk mengalahkan pemain yang lebih lemah.
- Boosting: Pemain membayar atau meminta bantuan dari pemain lain yang lebih profesional untuk meningkatkan peringkat atau level di permainan.
- Betting: Tim atau Pemain yang sengaja kalah untuk mendapatkan taruhan atau hadiah.
- Pemalsuan identitas: Pemain menggunakan identitas palsu atau akun yang tidak sah agar dapat bermain dalam turnamen.
- Kompromi keamanan: Tim atau pemain mencoba mengakses data rahasia atau informasi pribadi tentang lawan untuk memenangkan pertandingan.
- Penggunaan bug: pemain memanfaatkan bug dalam permainan untuk mendapatkan keuntungan.
Tentunya banyak kecurangan lain yang mungkin dapat dilakukan oleh pemain dan tim. Untuk mendapatkan kemenangan atau keuntungan bagi dirinya dan tim, beberapa tim rela untuk melakukan kecurangan.
Tentunya kecurangan merupakan sesuatu yang tidak bisa dibenarkan. Pihak yang melakukan kecurangan tentunya perlu untuk mendapatkan sanksi yang sepadan. Beberapa sanksi yang diberikan di antaranya adalah larangan untuk mengikuti turnamen pada jangka waktu tertentu.
Hukuman lainnya adalah didiskualifikasi dari kompetisi dan larangan untuk mengikuti turnamen secara permanen. Hukuman diberikan tentunya untuk memberikan efek jera pada pemain dan tim. Mulai dari hukuman ringan hingga berat diberikan sebagai ganjaran kecurangan.
Kecurangan Turnamen Esport
Kecurangan atau cheat merupakan hal yang tidak pernah lepas dari dunia games. Cheat merupakan aktivitas di mana pemain melakukan sesuatu yang merugikan, baik untuk game yang dimainkan atau orang lainnya. Pemain akan melakukan banyak cara agar dapat memenangkan turnamen.
Beberapa momen kecurangan ketika turnamen esport adalah:
1. Peluru Tembus di Kualifikasi VALORANT Champions Tour 2022
Momen kecurangan dalam turnamen adalah saat kualifikasi VALORANT Champions Tour 2022 Challengers Stage 1 Vietnam. Kecurangan ini dilakukan oleh salah satu pemain, yaitu Tất Cẩm “Nomsenpai” Khôn. Dia adalah pemain dari tim Ice Cee Jay Too.
Kecurangan bermula ketika Nomsenpai melakukan rentetan tembakan sembarangan pada musuh yang sedang menghindar. Tembakan tersebut mengenai musuh yang berada di balik dinding. Pada saat itu, posisi musuh yang tertembak tidak terlihat oleh pandangan Nomsenpai.
Hal yang ganjil itu membuat panitia lapangan VALORANT Esports Vietnam langsung mengambil tindakan. Karena kecurangannya, Tất Cẩm “Nomsenpai” Khôn dilarang bermain selama 36 bulan.
2. Pemalsuan Umur pada Kompetisi Counter Strike Global Offensive (CSGO)
Kecurangan ini terjadi pada November 2020 di kompetisi Counter Strike Global Offensive (CSGO). Kecurangan dilakukan oleh Tyson “Asap” Paterson, di mana Asap memanipulasi identitas dengan memalsukan umurnya.
Pemalsuan data ini dilakukan agar Asap dapat bisa mengikuti turnamen 2v2 di Australia. Turnamen esport tersebut adalah turnamen pemanasan sebelum DreamHack Masters Winter. Pada ketentuan ESL Australia, pemain dibawah usia 18 tahun dilarang untuk mengikuti turnamen.
Akibat dari kecurangannya, Tyson “Asap” Paterson yang saat itu berusia 17 tahun dihukum dengan larangan bertanding pada semua kompetisi CSGO selama 12 bulan.
3. Kecurangan di Fortnite World Cup 2019
Ketika Fortnite World Cup yang pertama kali diadakan pada tahun 2019, kecurangan terjadi selama turnamen. Kecurangan ini dilakukan oleh XXiF dan Ronaldo. Kedua pemain ini melakukan kecurangan agar bisa mencapai level grand final dengan mudah.
Kemenangan yang mudah untuk mereka raih membuat manajemen Epic Game melakukan investigasi. Hasil dari investigasi tersebut adalah kedua pemain melakukan kerja sama dengan pemain lain agar dapat menang dengan mudah.
Dari kecurangan ini, kedua pemain tidak boleh mengikuti turnamen selama 14 hari.
4. Kecurangan Menggunakan Akun Lain dan Cheat pada Kompetisi Playerunknown’s Battlegrounds Mobile (PUBG Mobile)
Kecurangan terjadi pada kompetisi Playerunknown’s Battlegrounds Mobile (PUBG Mobile) di Indonesia. Kecurangan pada turnamen esport Indonesia ini dilakukan oleh pemain profesional wanita, Putri Aurelia. Pemain ini melakukan ringing atau menggunakan akun lain dalam kompetisi PUBG Mobile.
Putri menggunakan akun lain dengan nama GEEKPutriiNIH dan ketahuan oleh panitia lapangan di event OG WIB PUBG Mobile. Karena kecurangannya, Putri dijatuhi hukuman larangan bertanding selama 6 bulan di kompetisi PUBG Mobile Indonesia manapun.
Kecurangan lainnya dilakukan oleh Muhammad Alghazali Fasya yang menggunakan cheat pada kompetisi OG WIB. Muhammad Alghazali Fasya menggunakan akun MSCZeinfysARC, dari tim MSC ARCANE.
Karena kecurangan tersebut, Muhammad Alghazali Fasya dan tim mendapat hukuman dan dilarang bermain di kompetisi PUBG Mobile Indonesia secara permanen.
5. Pengaturan Skor di Turnamen VALORANT
Kasus pengaturan skor ini terjadi pada tim Resurgence kontra BlackBird Ignis pada turnamen VALORANT Ignition Series. Turnamen ini berlangsung pada september 2020. Kecurangan dilakukan oleh dua pemain Resurgence yaitu Malcolm “Germsg” Chung dan Ryan “Dreamycsgo” Tan.
Kedua pemain melakukan pengaturan skor dengan menyusun rencana untuk bertaruh pada timnya sendiri. Selain itu, mereka juga menyiapkan sejumlah uang. Setelah BlackBird Ignis menang dari Resurgence dengan skor 2-0, Germsg memberikan uang pada timnya.
Pemberian sejumlah uang ini dilakukan agar anggota yang lain tidak menyampaikan pada manajemen atau tim VALORANT Esports. Namun, anggota lain menolak dan Resurgence membubarkan diri.
Karena kecurangan mereka, semua pemain Resurgence menerima hukuman dari tim VALORANT Esports. Germsg dan Dreamycsgo mendapat hukuman larangan bermain selama 36 bulan atau tiga tahun di semua kompetisi VALORANT.
Untuk anggota tim yang lain, yaitu Boplek dan Jabtheboy, dijatuhi hukuman larangan bermain di VCT selama 1 tahun. Sedangkan anggota yang lain, yaitu Mortdecai dan Benaf dihukum dengan larangan bermain di VCT selama 6 bulan.
6. Mengintip Saat League of Legends World Championship 2012
Pada League of Legends World Championship 2012, kecurangan dilakukan oleh tim Azubu Frost. Kecurangan ini dilakukan saat melawan TSM. Beberapa pemain dari tim Azubu Frost mengintip ke arah layar besar yang berada di kanan mereka.
Dengan mengintip ke layar besar tersebut, tim Azubu Frost bisa dengan mudah untuk mengetahui strategi dari TSM. Karena kecurangan tersebut, tim Azubu Frost didiskualifikasi dari kompetisi.
Kecurangan dalam turnamen esport dapat merusak integritas kompetisi dan membuat pengalaman bermain menjadi tidak adil bagi peserta lain. Oleh karena itu, penting untuk menaati aturan dan etika selama turnamen berlangsung. Jika melakukan kecurangan, maka perlu untuk diberi sanksi agar jera.